Petani Sedang Menggarap Sawah (Ilustrasi) 

nusakini.com - Upaya pencapaian swasembada merupakan langkah simultan dengan mensejahterakan petani. Berbagai kajian menunjukkan faktor kunci sukses produksi padi 2015 naik 6,36% menjadi 75,5 juta ton gabah adalah keberhasilan menyelesaikan aspek mendasar air, alat mesin pertanian dan sarana produksi. Kementerian Pertanian 2015 merehabilitasi jaringan irigassi tersier lebih dari 2,4 juta hektar, menyediakan lebih dari 80 ribu unit dan benih padi 2,7 juta hektar.

Kebijakan komprehensif menangani aspek hulu sampai hillir diikuti dengan eksekusi di lapangan telah berdampak secara signifikan. Kebijakan Harga Pembelian Pemerintah (HPP) gabah/beras dan program Serap gabah (Sergab) telah melindungi petani dari harga jatuh di saat panen raya dan memperkuat stock pangan. Harga gabah di saat panen raya stabil dan demikian juga stock beras saat ini 2,1 juta ton cukup aman sampai dengan Mei 2017.

Menurut Ketua Kontak Tani Nelayan Andalan (KTNA) Nasional, Winarno Tohir, berbagai indikator produksi dan kesejateraan petani 2015-2016 menunjukkan trend meningkat signifikan dan kinerja ini diakui berbagai lembaga survei dalam dan luar negeri.

“Jadi tidak benar anggapan bahwa kemitraan petani jagung dengan industri pakan ternak akan memiskinkan petani. Justru ini merupakan solusi permanen dari masalah tata niaga pertanian. Adanya kemitraan ini akan memberikan kepastian pasar dan jaminan harga yang menguntungkan petani. Pemerintah telah menetapkan harga acuan jagung di tingkat petani Rp 3.150/kg dan di konsumsen Rp 2.650-2.750/kg. Industri pakan ternak juga wajib membina petani sehingga produksinya berkualitas. Buktinya petani menyambut baik atas kemitraan”, ujar Winarno.

Hal ini diungkapkan Winarno menanggapi aksi Badan Musyawarah Tani Indonesia (BAMUSTANI) dalam Hari Tani Nasional 2016 yang mempertanyakan berbagai kebijakan Kementan seperti kerjasama petani jagung dengan Gabungan Pengusaha Makanan Ternak (GPMT) beberapa waktu lalu.

Winarno juga menyarankan agar Badan Musyawarah Tani Indonesia (BAMUSTANI) berhati-hati mengutip data dan menyimpulkan impor beras. Agar dicermati jenis impor menurut kode HS nya. Impor beras 2016 itu berupa beras bentuk lain untuk pakan terbak dan beras khusus penderita diabetes. Jadi pada 2016 tidak ada impor beras medium. Produksi 2016 lebih tinggi dibandingkan 2015 dan surplus untuk memenuhi kebutuhan domestik.

Untuk diketahui terkait impor jagung bahwa pada 2015 Indoneia telah mampu menekan impor jagung sebesar ..% dan Januari-Juli 2016 turun 56%. Kebijakan dan program jagung secara masih ini optimis 2017 sudah tidak impor jagung.

Secara sistemik Kementan telah menyusun roadmap pembangunan pertanian komoditas jangka panjang. Pada dokumen tersebut disebutkan secara jelas pada 2017 tidak ada impor beras, jagung, cabai dan bawang merah, 2019 tidak impor gula konsumsi, 2025 tidak impor gula industri, 2027 tidak impor daging sapi dan bahkan pada 2045 ditargetkan menjadi lumbung pangan dunia.

Guna mewujudkan nawa-cita dan roadmap jangka panjang, beberapa kebijakan strategis yang ditempuh: (1) merevisi regulasi yang menghambat, (2) membangun infrastruktur irigasi 3,2 juta hektar, cetak sawah dan mekanisasi secara besar-besaran alat dan mesin minimal 80 ribu unit pertahun, (3) memperkuat sistem budidaya dan pasca panen, (4) penataan tata niaga pangan, (5) mengendalikan impor dan mendorong ekspor.

Hasilnya adalah kemiskinan menurun terbukti dari data series BPS penduduk miskin September 2015 mencapai 28,51 juta orang atau 11,13 persen, menurun 80 ribu orang jika dibandingkan Maret 2015 sebanyak 28,59 juta orang. Penduduk miskin di pedesaan turun 50 ribu dari 17,94 juta orang menjadi 17,89 juta orang.

Indek rasio gini atau indeks gini diukur BPS pada Maret 2016 sebesar 0,397 menurun 0,011 poin dibandingkan dengan rasio gini tahun 2015 sebesar 0,408. Rasio gini di daerah perdesaan pada Maret 2016 sebesar 0,327 menurun 0,007 poin dibanding rasio gini Maret 2015 sebesar 0,334 dan menurun 0,002 poin dibanding rasio September 2015 yang sebesar 0,329.

Prediksi kemiskinan di perdesaan menurun semakin nyata pada beberapa bulan ke depan. Ini terjadi karena seiring dengan kinerja pertumbuhan ekonomi yang disokong oleh sektor pertanian. Pertumbuhan ekonomi pada kuartal-II 2016 sebesar 5,18 pesen atau meningkat dari 4,91 persen pada kuartal-I dan lebih tinggi dibandingkan kuartal-II 2015 sebesar 4,66 persen (year on year).

Menariknya, menurut Deputi Bidang Neraca dan Analisis Statistik BPS (Kecuk Suhariyanto), perbaikan pertumbuhan ekonomi pada kuartal-II 2016 sangat dipengaruhi dari kontribusi sektor pertanian yang melampaui prediksi dan kontribusi sektor pertanian sangat besar yakni 14,14% dari total pertumbuhan ekonomi nasional.

Fakta membuktikan, walaupun di tahun 2015 pertanian Indonesia dalam kondisi El-Nino, Program Upaya Khusus (Upsus) ternyata berhasil meningkatkan produksi pangan secara tangguh. Pertama, produksi padi 2015 naik 6,42 persen, jagung naik 3,18 persen dan kedelai naik 0,86 persen dibandingkan tahun 2014 (BPS 2016).

Kebijakan dan program bawang merah telah berhasil menekan impor 2015 sebesar 77 persen dan tidak ada impor Januari hingga Juni 2016. Ketiga Upsus jagung mampu menekan impor Januari hingga Juli 2016 turun 56 persen dari periode yang sama tahun sebelumnya. Keempat program irigasi, bantuan alsintan, subsidi pupuk, pendampingan dan lainnya dengan tingkat kepuasan petani 76,8 persen kepuasan tertinggi pada pendampingan sebesar 89,6 persen (INDEF 2016). Demikian juga survei SCIS kepuasan terhadap pemerintahan JOKOWI selama dua tahun naik dari 50,6 persen menjadi 66,5 persen dan petani menjadi lebih optimis dan bahagia.

Keberhasilan program pertanian ini dianalisis oleh The Economist Intelligence Unit menunjukkan indeks ketahanan pangan global atau Global Food Security Index (GFSI) tahun 2016 Indonesia meningkat dari peringkat ke 74 menjadi ke 71 dari 113 negara. Indonesia merupakan salah satu negara yang mengalami perubahan terbesar pada indeks keseluruhan (2.7). Aspek Ketersediaan Indonesia tahun 2016 berada pada peringkat ke 66, jauh di atas peringkat Keseluruhannya (ke 71). (p/mk)